Jumat, 05 April 2013

makalah IUFD



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi  ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan IUFD?
2.      Apa etiologi terjadinya IUFD?
3.      Apa patofisiologi dari IUFD?
4.      Bagaimana manisfestasi klinik dari IUFD?
5.      Bagaimana klasifikasi IUFD?
6.      Bagaimana faktor resiko IUFD?
7.      Bagaimana diagnosa dan diagnosis banding IUFD?
8.      Bagaimana penatalaksanaan IUFD?
9.      Apa saja jenis-jenis persalinan untuk jenin mati?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi IUFD.
2.      Untuk mengetahui etiologi terjadinya IUFD.
3.      Untuk mengetahui patofisiologi dari IUFD.
4.      Untuk mengetahui manisfestasi klinik dari IUFD.
5.      Untuk mengetahui klasifikasi IUFD.
6.      Untuk mengetahui faktor resiko IUFD.
7.      Untuk mngetahui diagnosa dan diagnosis banding IUFD.
8.      Untuk mengetahui penatalaksanaan IUFD.
9.      Untuk mengetahui jenis-jenis persalinan untuk jenin mati?.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian IUFD
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005) Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD). Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion. Sesudah 20 minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

B.     Etiologi IUFD
Penyebab IUFD antara lain:
1.      Faktor plasenta
a.       Insufisiensi plasenta
b.      Infark plasenta
c.       Solusio plasenta
d.      Plasenta previa
2.      Faktor ibu
a.       Diabetes mellitus
b.      Preeklampsi dan eklampsi
c.       Nefritis kronis
d.      Polihidramnion dan oligohidramnion
e.       Shipilis
f.       Penyakit jantung
g.      Hipertensi
h.      Penyakit paru atau TBC
i.        Inkompatability rhesus
j.        AIDS
3.      Faktor intrapartum
a.       Perdarahan antepartum
b.      Partus lama
c.       Anastesi
d.      Partus macet
e.       Persalinan presipitatus
f.       Persalinan sungsang
g.      Obat-obatan
4.      Faktor janin
a.       Prematuritas
b.      Postmaturitas
c.       Kelainan bawaan
d.      Perdarahan otak
5.      Faktor tali pusat
a.       Prolapsus tali pusat
b.      Lilitan tali pusat
c.       Vassa praevia
d.      Tali pusat pendek
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
1.      Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif. Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis  (reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain).
2.      Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
3.      Gerakan janin berlebihan
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat.
4.      Berbagai penyakit pada ibu hamil
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
5.      Kelainan kromosom
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi bayi.
6.      Trauma saat hamil
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, karena kecelakaan atau pemukulan. Benturan ini bisa mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta.
7.      Infeksi materna
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. Demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.
8.      Kelainan bawaan bayi
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di kandungan.

C.    Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.

D.    Manifestai Klinik
1.      DJJ tidak terdengar
2.      Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
3.      Pergerakan anak tidak teraba lagi
4.      Palpasi anak tidak jelas
5.      Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
6.      Pada rongen dapat dilihat adanya
ü  tulang-tulang tengkorak tutup menutupi
ü  tulang punggung janin sangat melengkung
ü  hiperekstensi kepala tulang leher janin
ü  ada gelembung-gelembung gas pada badan janin
ü  bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%
E.     Klasifikasi
Kematian  janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a.       golongan I    : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
b.      golongan II  : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
c.       golongan III : kematian sesudah masa kehamilan  > 28 minggu (late fetal death)
d.      golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.

F.     Faktor Resiko
1.      Status sosial ekonomi rendah
2.      Tingkat pendidikan Ibu yang rendah
3.      Usia Ibu > 30 tahun atau < 20 tahun
4.      Partus pertama dan partus kelima atau lebih
5.      Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
6.      Kehamilan tenpa riwayat pengawasan kesehatan Ibu yang inadekuat
7.      Riwayat kehamilan dengan komplikasi medic atau Obstetrik.
8.      Faktor ibu (High Risk Mothers)
a.       tinggi dan BB ibu tidak proporsional
b.      kehamilan di luar perkawinan
c.       ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
d.      ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
e.       riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
9.      Faktor Bayi (High Risk Infants)
a.       bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b.      bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c.       bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
10.  Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
a.       abrupsio plasenta
b.      plasenta previa
c.       pre eklamsi / eklamsi
d.      polihidramnion
e.       inkompatibilitas golongan darah
f.       kehamilan lama
g.      kehamilan ganda
h.      infeksi
i.        diabetes
j.        genitourinaria

G.    Diagnosa dan Diagnosa Banding
1.      Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.

2.      Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3.      Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4.      Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan dopler tidak terdengar terdengar DJJ.
5.      Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6.      Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk        : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard      : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding     : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.

Gejala dan tanda yang selalu ada

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada

Kemungkinan diagnosa
1.         Gerakan janin berkurang atau hilang, timbul atau menetap, perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu
2.         Gerakan janin dan DJJ tidak ada, perdarahan, nyeri perut hebat




3.         Gerakan janin berkurang  atau hilang DJJ abnormal (< 100 x/menit atau > 180 x/menit)
4.         Gerakan janin  atau DJJ hilang

1.      Syok, uterus tegang/kaku, gawat janin atau DJJ tidak terdengar


2.      Syok, perut kembung/cairan bebas intra abdominal, kontraksi uterus abnormal, abdomen nyeri, bagian-bagian janin teraba, denyut nadi Ibu cepat
3.      Cairan ketuban bercampur mekonium



4.      Tanda-tanda kehamilan berhenti, TFU berkurang, pembesaran uterus berkurang
Solusio plasenta





Ruptur Uteri







Gawat janin




Kematian janin




H.    Penatalaksanaan
a.       Terapi
1.      Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2.      Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
3.      Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
a)      Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
ü  Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
ü  Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.
Tindakan:
ü  Kuretasi vakum
ü  Kuretase tajam
ü  Dilatasi dan kuretasi tajam.
b)      Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
c)      Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 20 – 28 minggu.
Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
d)     Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 28 minggu kehamilan.
Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan  serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD). Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu. Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
b.      Periksa ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan alat kontrasepsi.

I.       Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
            Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

J.      Jenis – Jenis Persalinan Untuk Janin Mati
1.      Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin (dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala. Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik, maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan. Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2.      Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan.
3.      Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4.      Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yang besar.



ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN IUFD


Hari/tanggal pengkajian          : Senin, 5 maret 2012
Jam                                          : 08.00 WIB
Tempat                                    : Ruang Melati RSUD Dr. M.Yunus
Tanggal MRS                          : 5 Maret 2012
No. Reg                                   : 1206683


Nama               : Ny. “P”                                 Nama Suami                : Tn. “Y”
Umur               : 20 tahun                               Umur                           : 27 tahun
Agama             : Islam                                                 Agama                         : Islam
Pendidikan      : SMA                                                 Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan         : IRT                                        Pekerjaan                     : Swasta
Alamat                        : Bengkulu                               Alamat                                    : Bengkulu

S:                                                                                                                          
1.      Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dan sudah 3 hari yang lalu, yaitu pada tangal 29 Februari 2012 gerakan janinnya tidak dirasakan lagi.
2.      Ibu mengatakan haid terakhir pada 17 Agustus 2011
3.      Ibu mengatakan terasa sakit pada perutnya, dan belum mengeluarkan cairan maupun darah.
4.      Ibu mersakan gerakan anak pertama pada usia kehamilan 4 bulan.
5.      TM III: Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan 1X. Ibu mengeluh gerakan janinya berkurang.
6.      Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC; Menurun seperti darah tinggi, kencing manis; menahun seperti jantung dan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksinya seperti tumor, kanker, penyakit menular seksual seperti kencing nananh, sifilis.



O:
1.      Pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum     : Baik
b.      Kesadaran             : Composmentis
c.       TTV
·         TD                   : 120 / 80 mmHg
·         Nadi                : 84 x / menit
·         Suhu                : 36,5oC
·         RR                   : 20 x / menit
d.      BB sebelum hamil : 49 Kg
BB sekarang          : 55 Kg
e.       TB                         : 158 cm
f.       LILA                     : 25 cm
g.      HPHT                          : 17 Agustus 2011
UK                              : 28 minggu
TP                                : 24 Mei 2012
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Muka
Odema                  : Tidak ada
Cloasma                : Tidak
b.      Kepala
Kebersihan            : bersih, tidak ada kerontokan
Massa                    : Tidak ada
c.       Mata
Sklera                    : Anikterik
Conjungtiva          : Ananemis
d.      Hidung
Pernafasan cuping hidung             : Tidak ada
Pembesaran polip                          : Tidak ada
Kebersihan                                    : Bersih
e.       Mulut
Mukosa bibir         : Lembab
Caries gigi             : Tidak ada
Kelainan                : Tidak ada
f.       Leher
Pembesaran vena jugularis                        : Tidak ada
Pebengkakan kelenjar tiroid                      : Tidak ada
Pebengkakan kelenjar limfe                      : Tidak ada
g.      Dada   
Kebersihan            : Bersih
Aerola                   : Hiperpigmentasi
Papila                    : Menonjol
Colostrum             : -/-
h.      Abdomen
Bekas luka operasi            : Tidak ada
Linea nigra                        : Ada
Leopold I                          : TFU 3 jari diatas pusat. Terba bulat, lunak (bokong)
Leopold II                         : lateral kanan teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas) lateral kiri terba keras dan datar (punggung)
Leopold III                       : teraba keras dan bulat (kepala) dan belum masuk PAP
Leopold IV                       : Belum dilakukan
Auskultasi                         : DJJ tidak ditemukan
PD                                     : v/u tenang, dinding vagina licin, serviks tebal, pembukaan belum ada, selaput ketuban belum dapat dinilai, STLD (-)
i.        Genetalis
Odema                  : Tidak ada
Varises                  : Tidak ada 
j.        Ekstremitas
Bentuk                  : Simetris
Kelengkapan Jari   : Lengkap
Odema                  : Tidak ada
Varises                  : Tidak ada
3.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Laboratorium (tanggal 28 Oktober 2008)
Hemoglobin                      : 11,9 gr%
Protein urin                       : negatif
A:
Ny. “P” Umur 20 tahun G1P0A0 UK 28 minggu, dengan IUFD
P:
1.      Melakukan pendekatan pada klien, agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan dengan memperkenalkan diri, memberitahu maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada ibu, ibu menerima dengan baik.
2.      Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan keadaannya, yaitu bahwa janin dalam kandungan ibu telah meninggal yang ditandai dengan tidak adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu dan tidak tedengarnya DJJ saat pemeriksaan berlangsung, ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
3.      Memberitahu pada ibu dan keluarga agar segera mengambil keputusan untuk segera melahirkan janin agar nantinya tidak mengganggu kondisi kesehatan ibu dan tidak menjadikan racun / toksin ditubuh ibu, ibu dan keluarga mengerti.
4.      Memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan agar janin sesegera mungkin dilahirkan yaitu bidan berkolaborasi dengan dokter ahli kandungan yang nantinya ibu akan dilakukan pemberian misoprostol 200 mg per oral / 12 jam (tindakan induksi persalinan), ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
5.      Memberi dukungan mental kepada ibu dan keluarga agar ibu dan keluarga sabar dan dapat menerima keadaan yang terjadi. Memberi dukungan dan pendampingan pada ibu untuk tetap tabah dan menyerahkan segalanya pada yang lebih berkuasa, yaitu Tuhan, ibu mengatakan sudah dapat menerima kematian bayinya dan mengatakan ikhlas atas hal tersebut.
6.      Menganjurkan pada ibu dan suami untuk memikirkan tentang pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar penyebab kematian bayinya dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali, ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan.terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya, kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan. Etiologinya: Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta, pre eklamsi dan eklamsi, penyakit-penyakit kelainan darah, penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular, penyakit-penyakit saluran kencing, penyakit endokrin, malnutrisi dan sebagainya.

B.     Saran
1.      Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin mnimal 4 kali selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya.
2.      Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan keterampilannya untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak.
3.      Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan profesional